Sabtu, 29 November 2008

Beberapa Tokoh Dangdut

Era 1950-an

Dua penyanyi melayu Indonesia A. Harris dan Munif
menyanyikan lagu-tema untuk film yang dibintangi Rai Kapoor
bintang film India yang paling top masa itu. Mereka masing2
menyanyikan Awarhum dan O Petaji

Orkes Melayu juga menjamur, antara lain, OM Sinar Medan
(pimpinan Umar Fauzi), OM Kenangan (Husein Aidid), OM
Bukit Siguntang (A. Chalik), dan OM Irama Agung (S. Effendi).
Sampai akhir 1950-an para musisi masih dalam posisi duduk
jika tampil di depan publik.

Era 1960-an

Lewat lagu Bahtera Laju Said Effendi mengembalikan
supremasi Irama melayu dari Malaysia ke Indonesia, dia juga
menyingkirkan popularitas P. Ramlee

Pada masa ini muncul pula nama-nama seperti Ida Laila, A. Rafiq,
M. Masharbi, Munif Bahasuan, Elvie Sukaesih, Ahmad Basahil,
Muchsin Alatas, Rhoma Irama dan Mansyur S.

Orang juga mencatat pada masa ini Orkes Melayu Bukit
Siguntang banyak melahirkan hit, seperti Burung Nuri
(A. Chalik, Dunia (Suhaemi). Sedangkan Munif juga
ngetop lewat lagunya sendiri berjudul Bunga Nirwana.

Tahun 1968

Orkes Melayu Pancaran Muda pimpinan Zakaria manggung di
Istora Senayan berdampingan dengan band Zaenal Combo
pimpinan Zaenal Arifin. Ini merupakan tonggak penting
ditengah posisi dangdut yang hanya hidup di pinggiran kalah
oleh dominasi musik Rock. Lilies Suryani menjadi andalan
Pancaran Muda selain Juhana Satar, R. Sunarsih, Elvie Sukaesih,
dan Zakaria sendiri.

Tahun ini pula Ellya Agus menyanyikan lagu karangannya sendiri
yaitu Kau pergi Tanpa pesan dan Munif Bunga Nirwana
di Istora Senayan dengan iringan band paling top saat itu
Eka Sapta.

Era 1970-an

Nama-nama Rhoma Irama, Elvie Sukaesih dan Mansyur S. mulai
mengukuhkan diri sebagai penguasa dangdut. Melalui Soneta
Rhoma Irama meramu musiknya yang mengingatkan penggemar
pada Deep Purple. Sementara itu A. Rafiq muncul dengan
meniru gerakan Elvis Presley yang khas dengan goyang pinggul.

Sementara itu Elvi Sukaesih menyodok dengan goyang sensual
serta kerlingan mata yang menggoda iman, salah satu lagunya
yang melegenda adalah Mawar Merah.


Tahun 1975


Rhoma Irama bersama Orkes Melayu Soneta
memperkenalkan lagu Begadang dengan gaya panggung
laksana pertunjukkan Rock.

Dekade 1980-an

Muncul Camelia Malik dengan Orkes Tarantula pimpinan
Reynold Pangabean. Camelia memperkenalkan unsur goyang
Jaipong yang tak kalah sensual. Pada lagu Colak-Colek dan
Goyang Senggol, Mia mendapat kesempatan
mengeksploitasi goyangnya.

Menjelang akhir 1980-an kian banyak penyanyi dangdut
bermunculan. Mereka antara lain : Iis Dahlia, Evie Tamala,
Ikke Nurjanah. Di era ini dangdut sudah menjadi industri hiburan
yang menguntungkan. Penjualan kaset seorang penyanyi
bisa mencapai angka seratus ribu, contohnya lagu Selamat
Malam (Evie Tamala) yang mencapai 700 ribu kopi.


Era 1990-an


Dangdut tak berenti menggebrak, TPI adalah TV yang
berkomitmen terhadap kemajuan musik Dangdut. Peran TPI
besar dalam mengangkat martabat musik ini. Mereka antara lain
memberi penghargaan Anugerah Dangdut.

Masa 2000-an

Dangdut menjadi salah satu musik terpopuler di Indonesia.
hasil riset AC. Nielsen menunjukkan pendengar dangdut
jauh lebih banyak daripada pop barat. Dangdut didengar
sekitar 9.2 juta pendengar, pop barat hanya 3.8 juta pendengar.
Dangdut hanya bisa dikalahkan tipis oleh pop Indonesia yaitu
sekitar 9.9 juta pendengar.

Sebelum Inul Daratista menggebrak (2003), Alam menjadi
fenomena baru dengan tarian ala Michael Jackson. Lalu Inul
mulai menapak keberhasilan dengan Goyang NgeBor yang
maha Dahsyat setelah merintis dari panggung kampung
ke kampung.

Tidak ada komentar: